GARUT OPTIMIS!

Forsip News (03/02)
Dilantiknya H. Rudy Gunawan, SH, MH, MP. sebagai Bupati baru Periode 2014-2019 memberikan angin segar bagi para PNS dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut. Dalam dua kali apel pagi gabungan yang telah dilaksanakan pasca pelantikan, Bupati menjanjikan adanya perbaikan reformis bagi sistem tata pemerintahan Garut yang selama ini terkesan carut marut. Salah satunya adalah janji beliau untuk menerapkan undang-undang kinerja aparatur dan disiplin pegawai dalam rangka reformasi birokrasi dan profesionalisme tata pemerintahan.

Sebagai lembaga yang sejak lama memperjuangkan peningkatan kinerja pegawai dan tata pemerintahan yang baik, FORSIP tentu menyabut janji Bupati baru tersebut dengan sukacita. Hal ini didasarkan pada keprihatinan FORSIP terhadap kondisi kinerja pemerintahan Kabupaten Garut yang selama ini cenderung tidak mengalami kemajuan. Ditetapkannya Kabupaten Garut sebagai salah satu daerah rawan potensi konflik, terutama di bidang politik, mencerminkan ada yang tidak beres dengan tata pemerintahan di Garut selama ini. Kasus korupsi yang merebak, bergantinya Bupati dan Wakil Bupati beberapa kali dalam jangka waktu pendek, serta kasus-kasus kontroversi lainnya, membuktikan bahwa sudah lama Garut tidak memiliki pemimpin yang kompeten dan bisa diandalkan.

Naiknya H. Rudy Gunawan sebagai Bupati Garut tentu menyimpan banyak harapan baik bagi masyarakat umum maupun di kalangan PNS.  Sudah lama tata pemerintahan di Kabupaten Garut terkesan tidak profesional baik dalam penataan jabatan, pengargaan atas prestasi kerja maupun penanganan kasus korupsi.  Akibatnya banyak terjadi kekecewaan di kalangan akar rumput PNS yang selama ini kurang diperhatikan hak-haknya.  Janji-janji Bupati untuk meningkatkan tata kinerja pemerintahan Kabupaten Garut yang profesional, transfaran dan akuntabel tentu perlu kita apresiasi setinggi-tingginya. Sesuai janji beliau, penataan jabatan Eselon II, III, dan IV yang selama ini terindikasi sarat dengan suap dan korupsi dijanjikan untuk direformasi ulang. Begitu juga dengan penempatan jabatan yang selama ini banyak yang tidak tidak sesuai dengan kompetensi dan keahlian dijanjikan untuk ditinjau kembali.

Pengisian jabatan memang seyogyanya  tidak lagi didasarkan pada lobi dan kedekatan, tapi harus didasarkan pada prestasi dan kinerja. Bupati juga selayaknya mulai mengusut tindak pidana korupsi yang selama ini menjadi momok di Kabupaten Garut. Para pejabat yang memiliki kondite kerja yang jelek dan pernah terlibat kasus korupsi, harus diganti dengan para pejabat yang bersih dan bebas KKN. Para pegawai yang selama ini sering mangkir kerja atau sering melalaikan TUPOKSI perlu ditindak tegas dan diberi sanksi sesuai undang-undang yang berlaku. Kalau perlu tidak ada salahnya Bupati menggandeng KPK untuk turut terjun membersihkan kasus-kasus korupsi yang ada di Kabupaten Garut. Kementrian PAN dan Reformasi Birokrasi juga perlu digandeng untuk menata kembali kinerja dan disiplin pegawai di Kabupaten Garut agar lebih profesional.  

Kalau benar H. Rudy Gunawan mampu membuktikan janji-janji beliau, tentu pemerintahan Kabupaten Garut akan menjadi profesional yang pada akhirnya akan berdampak pada pembangunan yang optimal. FORSIP tentu berharap janji-janji tersebut bisa dilaksanakan dengan cepat dan memberikan dampak signifikan. Kalau kepemimpinan H. Rudy Gunawan dan dr. Helmi mampu mengubah sistem pemerintahan di Kabupaten Garut menjadi lebih baik, maka kita sebagai masyarakat Garut sudah selayaknya memberikan apresiasi setinggi-tinginya pada beliau. Kalau perlu masyarakat bisa secara resmi mengangkat beliau sebagai Pahlawan Reformasi Garut.  Tetapi kalau janji-janji tersebut tidak bisa dilaksanakan, tentu kita harus prihatin karena kembali kita telah salah memilih pemimpin.  Kita semua berharap apa yang dijanjikan H. Rudy Gunawan dapat terwujud sehingga masyarakat Garut bisa optimis menyongsong  masa-masa keemasan pembangunan dalam lima tahun ke depan.  SEMOGA!***

Orang-orang yang Dijamin Masuk Surga


Forsipnews (02/01) –  
Surga adalah tempat penuh kenikmatan yang dijanjikan Allah bagi orang-orang yang beriman. Oleh karenanya wajar kalau setiap muslim mendambakan untuk masuk surga di akhirat kelak.
Rasulullah SAW sudah menggambarkan beberapa ciri orang yang dijamin masuk surga oleh Allah SWT. Diantara ciri-cirinya adalah:
1. Salam, Sedekah dan  Silaturahmi
Rasulullah bersabda “Wahai manusia, terbarkanlah salam, berikanlah makan (sedekah), sambunglah hubungan silaturahmi dan shalatlah diwaktu malam, niscara kalian masuk surga dengan selamat (HR Tirmidzi)
2. Memudahkan Orang Lain
Orang yang memudahkan orang lain baik dalam hal hal utang piutang maupun jual beli dijamin masuk surga. Rasulullah bersabda “ Sesungguhnya seorang lelaki masuk surga. Ketika ditanya dia menjawab “aku berjual beli dengan manusia lalu aku memberi tempo kepada orang-orang yang dalam kesulitan dan mempermudah urusan dalam pembayaran...(HR. Muslim).
3. Berjihad
Berjihad dijalan Allah dengan pikiran, harta dan jiwa mendapatkan jaminan masuk surga sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: “.....mereka berjihad dengan harta dan diri mereka, dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah orang- orang yang beruntung. Allah telah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At Taubah: 88-89).
4. Menahan Amarah
Al ghadhab atau amarah merupakan sifat yang sangat berbahaya karena selain menghancurkan diri sendiri juga bisa meretakan hubungan dengan orang lain. Seseorang yang mampu menahan amarahnya akan mendapatkan nilai keutamaan dimata Allah SWT sebagaimana hadits Rasulullah “Janganlah engkau marah dan surga bagimu!” (HR Ibn Abid Dunya dan Thabrani).
5.  Ikhlas  Ketika Ditinggal Orang Tercinta
Barangsiapa yang mengikhlaskan hati ketika ia ditinggal orang-orang tercinta seperti suami, istri, anak atau orang tua, maka Allah menjamin dia masuk surga. Sebagaimana dikatakan Rasulullah dalam Hadits Qudsi “Tidak ada pembalasan bagi seorang hamba-Ku yang percaya jika Aku mengambil kekasihnya didunia, kemudian ia ridho dan berserah kepada-Ku, melainkan surga” (HR Bukhari)
6. Hakim/Pemimpin yang Adil
Seorang hakim atau pemimpin yang memberi keputusan dengan adil dan benar adalah orang yang dijamin masuk surga. Sebagaiman sabda Rasulullah “...orang yang mengetahui yang benar lalu memutuskan dengannya, maka dia disurga....” (HR Abu Daud, Tirmidzi).
Sudahkah kita memiliki salah satu ciri diatas? Kalau sudah, mari kita berdoa agar kita menjadi salah satu dari mereka yang dijamin Allah untuk masuk surga. Amin. (-red)

Mempelajari Kembali TUPOKSI!


Forsipnews (12/01) –
Semua pegawai dilingkungan pemerintahan tentu tahu apa yang dimaksud dengan TUPOKSI. Tapi berapa banyak dari kita yang mengetahui TUPOKSI kita sendiri?
Semua orang gembar-gembor masalah TUPOKSI tapi kita sendiri tidak tahu atau tidak mau tahu tentang TUPOKSI kita sendiri. Banyak pegawai yang mengira bahwa TUPOKSI PNS adalah mengerjakan proyek. Padahal proyek hanyalah bagian kecil saja dari tugas dan kewajiban seorang pegawai.
Jadi sungguh lucu bahwa ada sejumlah pegawai yang mati-matian mengerjakan proyek hingga begadang siang malam, sementara TUPOKSInya sendiri tidak pernah disentuh.
Sudah bukan hal aneh bahwa kebanyakan pejabat selalu menghindar dan ‘ucing-ucingan’ kalau ada tamu atau ada masyarakat yang ingin bertemu. Padahal salah satu tugas seorang pejabat pemerintah adalah memberikan pelayanan pada masyarakat, termasuk membuka diri pada Siapa saja yang membutuhkan informasi.
Contoh lain adalah masalah data dan pelaporan. Ketika ada masyarakat atau instansi terkait yang membutuhkan data, kebanyakan orang mencoba menghindar. Ketika ditagih, malah saling tuduh satu sama lain.
Kalaupun ada pegawai yang memiliki data, dia demikian pelitnya untuk memberi seakan-akan data tersebut adalah miliknya sendiri yang tidak boleh diketahui orang lain. Lain halnya kalau diminta mengerjakan proyek, semua orang berebutan dan maju paling depan dengan semangat 45.
Hal ini tentu membuat kita semua prihatin. Tidak pahamnya pegawai tentang TUPOKSI membuat mereka lalai terhadap kewajiban mereka sendiri.
Kalau seorang pegawai ditanya tentang jumlah populasi ternak atau persentasi peningkatan produksi perikanan, kebanyakan menjawab tidak tahu. Tapi kalau ditanya berapa anggaran proyek yang mereka kerjakan, mereka bisa menjawab dengan lancar.
Kalau kita mau jujur, kebanyakan dari kita tidak tahu  tentang TUPOKSI. Berapa banyak pegawai Disnakkanla yang sudah membaca Perbup tentang TUPOKSInya? Saya yakin tidak banyak.
Padahal Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Garut sudah tercantum sesuai Peraturan Bupati Garut Nomor 412 Tahun 2008.
Keberadaan proyek memang penting sebagai bagian dari program pembangunan. Tapi itu tidak berarti bahwa segala sesuatunya harus diukur dengan uang. Kalau ada honornya ya dikerjakan, kalau tidak ada honornya ya tidak usah. Padahal sebagian besar TUPOKSI kita tidak ada kaitannya dengan reward berupa uang atau honor.
Karena semua diukur dengan uang, maka tidak aneh kalau kita melihat sejumlah pejabat dan pegawai yang melupakan tugas di unit kerjanya sendiri hanya untuk mengejar proyek. Siang malam bergelut dengan SPJ, sementara tugasnya sendiri malah terbengkalai.
Kita tentu tidak bisa menjustifikasi bahwa apa yang dilakukan oleh pejabat atau pegawai tersebut adalah salah. Mengerjakan proyek boleh-boleh saja, tetapi jangan sampai melupakan tugas pokok dan fungsinya sendiri.
Pimpinan Disnakkanla harus bijaksana mendorong para bawahannya untuk mendahulukan TUPOKSI mereka. Boleh saja mereka diperbantukan dalam masalah keproyekan, tapi juga jangan sampai tugas pokok mereka jadi terbengkalai. Setidaknya pelayanan masyarakat harus tetap diutamakan. (-Red)

Berbagi Lewat TPP....!


Forsipnews (12/01) –
Perjuangan dan penantian panjang tentang kepastian kenaikan TPP Disnakkanla akhirnya berakhir sudah. Saat ini seluruh pegawai Disnakkanla telah mendapatkan kenaikan TPP Sesuai Perbup 561 Tahun 2009. 
Kenaikan TPP tersebut tentu cukup menggembirakan. Perjuangan FORSIP selama ini untuk menaikan TPP akhirnya direspon dengan positif. Semua pegawai baik yang dulunya menentang keberadaan FORSIP, yang netral maupun yang mendukung pada akhirnya mendapatkan kenaikan yang TPP yang sama.
Yang lebih menggembirakan lagi adalah bahwa perjuangan FORSIP tidak hanya berimbas pada internal Disnakkanla, tapi juga berimbas pada SKPD lain. Saat itu hampir seluruh SKPD, termasuk pegawai kecamatan dan guru, telah menikmati kenaikan TPP yang besarannya sesuai dengan Perbup.
Meskipun begitu, pencapaian ini tidak lantas membuat kita euforia. Kita harus menyadari bahwa yang mendukung kenaikan TPP tidak hanya PNS, tapi juga didukung oleh TKK dan Sukwan. Oleh sebab itu sudah sepantasnya mereka mendapatkan reward atas perjuangannya.
Oleh karenanya kita tidak perlu ragu untuk menyisihkan sebagian TPP yang kita dapat  untuk peningkatan ksejahteraan TKK dan Sukwan. Dengan begitu, akan terjadi pemerataan kesejahteraan bagi semua pegawai.
Sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilan perjuangan, dalam kesempatan ini FORSIP menyatakan ucapan terima kasih yang tidak terhingga pada seluruh anggota yang telah bersedia membubuhkan tanda tangan pada waktu perjuangan ini dimulai. Keberanian dan dedikasi mereka adalah contoh bagi kita semua bahwa kita tidak perlu takut memperjuangkan sesuatu, selama itu benar dan memberi maslahat bagi banyak orang.
Ucapan terima kasih layak kita sampaikan pada Bupati Garut, SEKDA dan semua pejabat terkait yang telah merespon tuntutan FORSIP. Ini adalah kemenangan besar bagi kita semua.
Mulai hari ini,mari kita lupakan segala perbedaan. Kita tidak perlu lagi mengungkit-ungkit bahwa ada sebagian pegawai yang dulunya menentang FORSIP ternyata sekarang ikut bergembira ria menerima kenaikan TPP. Biarlah, itu masa lalu. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah bagaimana  di masa depan kita bisa bersama-sama seiring sejalan untuk mempertahankan keberadaan FORSIP sebagai wadah perjuangan bersama.
Langkah kita masih masih panjang. Masih banyak yang perlu dibenahi. Apalagi dalam beberapa bulan kedepan FORSIP harus mengadakan Musyawarah Anggota untuk memilih kepengurusan baru. Oleh karenanya mari kita bersama-sama bergandengan tangan untuk mensukseskan perjuangan kita. GAMBARU FORSIP!! (red-)

Jangan Takut Bicara Benar....!


Forsipnews (03/10) –
”Jangan takut bicara benar!” Itulah slogan yang selalu didengung-dengungkan oleh para aktifis perjuangan dan reformis di seluruh dunia.

Keleluasaan bagi masyarakat untuk bebas bicara adalah salah satu ciri sebuah negara demokrasi. Kalau kita menganggap negara kita berfalsafah demokrasi, maka kebebasan mengemukakan pendapat adalah hak mutlak setiap orang.

Bicara adalah hak semua orang yang dijamin oleh Undang-Undang. Setiap orang bebas mengungkapkan pendapatnya. Baik lewat lisan maupun media tulisan.

Oleh karena itu, kita tidak perlu takut ketika harus bicara tentang kebenaran. Selama didukung fakta, serta tidak melanggar unsur SARA dan pencemaran nama baik, setiap orang bebas mengemukakan pendapat.

Islam sendiri adalah salah satu agama yang sangat menghormati kebebasan mengemukakan pendapat. Rasulullah SAW sudah memberikan contoh teladan bagi kita semua. Dalam setiap permasalahan, Rasul selalu meminta pendapat para sahabatnya. Setiap masalah selalu dibicarakan melalui musyawarah.

Kenyataannya teladan Rasulullah ini tidak diikuti. Misalnya dalam  kasus di pemerintahan. Banyak pejabat yang justru bertindak otoriter, orang membawa maunya sendiri dan tidak bersedia mendengarkan pendapat bawahan. Ketika ada menyampaikan aspirasi melalui demo, mereka  langsung emosi dan marah-marah. Lebih suka menggunakan kekuasaan uang dan intimidasi dibanding duduk sama tinggi untuk membicarakan solusi.

Padahal demonstrasi tidak akan terjadi jika para pejabat kita mau meluangkan waktu untuk mendengarkan setiap aspirasi yang masuk. Mengambil solusi yang tepat serta menindaklanjutinya dengan tindakan konkrit.

Bagaimana dengan kita sendiri selaku bawahan? Ternyata banyak dari kita yang masih merasa takut untuk berbicara benar di depan atasan. Takut dipecat, takut dimutasi, takut tidak kebagian proyek dan sebagainya. Padahal jelas-jelas kita punya hak untuk mengeluarkan pendapat dan berhak didengar aspirasinya oleh pimpinan. Sebagai bawahan kita tidak perlu takut ketika harus menyampaikan kritik dan saran saat melihat kekeliruan terjadi di depan mata.

Dr. Yusuf Qhordowi, seorang pemikir besar Islam Timur Tengah pernah berfatwa  tentang salah satu hadits bahwa salah satu jihad tertinggi dimata Allah adalah ketika seorang bawahan berani menentang /mengkritisi atasannya yang zholim.

Oleh karena itu kita tidak seharusnya berdiam diri ketika mengetahui ada seorang atasan atau rekan kerja yang melanggar aturan hukum maupun norma agama. Kritisi saja, tidak perlu takut. Kalau perlu laporkan pada yang berwenang. Takutlah hanya pada Allah semata, bukan pada sesama makhluk. Berani bicara? So pasti! (-red-/DS)




Meneladani Kepemimpinan Umar ra.

Forsipnews (01/10) – Umar bin Khatab ra. adalah sosok pemimpin yang dikenal adil dan tegas. Dimasa kepemimpinan beliau, kedaulatan Islam berkembang pesat tidak hanya melingkupi jazirah arab tapi menyebar hingga jauh ke wilayah Romawi Timur dan Persia. Kekuasaannya luar biasa besarnya, jauh melebihi kekuasaan raja-raja manapun sepanjang sejarah.

Tetapi meskipun kekuasaan dan kekayaan luar biasa besar berada dibawah pengawasannya, ia tetap sosok yang sederhana. Sosoknya tetap merakyat. Di sela-sela waktunya mengurus negara, ia tetap bekerja di ladang untuk menghidupi keluarga. Tidak ada satu senpun uang di Baitul Mal yang masuk ke kantongnya. Bahkan seluruh gajinya ia sedekahkan untuk kaum fakir miskin. Ia juga tidak segan-segan memanggul sendiri berkarung-karung  gandum untuk diberikan pada mereka yang membutuhkan.

KetegasanUmar dalam memimpin dikenal sepanjang sejarah. Contohnya dalam salah satu riwayat dikisahkan ada seorang Yahudi yang datang mengadu karena rumahnya terkena ‘gusuran’ saat dilakukannya perluasan istana Gubernur Irak yang saat itu dijabat Muawiyah.

Mendengar laporan ini, dengan marah Umar mengambil sepotong tulang Unta. Ditorehnya tulang itu dengan ujung pedangnya. Setelah itu ia meminta seorang sahabat untuk mengantarkan tulang itu pada Muawiyah.

Saat menerima kiriman tersebut,  Muawiyah langsung gemetar ketakutan. Dia tahu apa artinya ini. Dengan mengirim sepotong tulang, Umar secara tidak langsung menegur Muawiyah bahwa istana dan segala kekayaan yang dimilikinya hanyalah perhiasan dunia yangtidak akan dibawa mati. Sementara guratan pedang pada tulang itu menunjukan bahwa kalau Muawiyah tetap melakukan kezoliman, maka Umar akan datang untuk meluruskan masalah dengan pedangnya. Muawiyah pun segera membangun kembali rumah si Yahudi.

Kepiawaian kepemimpinan Umar ra. juga terbukti dari tindakannya dalam menempatkan para pejabat baru. Setiap pejabat ditempatkan sesuai dengan keahliannya. Ia dengan tegas melarang para pejabat untuk korupsi. Sebelum dikirim ke tempat tugas, bawahannya diminta untuk mencatat seluruh kekayaan si pejabat. Begitu si pejabat selesai menjalankan masa tugas, kekayaannya kembali diperiksa. Bila bertambah, maka Umar akan langsung menghukumnya dengan tegas dan mengembalikan kelebihan harta tersebut ke Baitul Mal.

Tindakannya ini dilakukan terhadap seluruh pejabat di bawah kekuasaannya tanpa pilih bulu. Beberapa sahabat pun pernah merasakan ketegasan Umar. Misalnya Abu Hurairah ra. yang sempat menangis karena ketika selesai melaksanakan tugas, ternyata hartanya bertambah. Padahal harta tersebut halal hasil usaha dagangnya. Tapi Umar tetap memaksa kelebihan harta tersebut untuk disumbangkan ke Baitul Mal.

Umar juga tidak segan-segan ‘mencopot’ jabatan para bawahannya jika dianggap melakukan pelanggaran. Contohnya ia tidak ragu menyuruh seorang sahabat untuk mengikat kedua tangan Khalid bin Walid ra. dan menghadapkannya ke pengadian karena dianggap  telah berlaku tidak adil dalam pembagian harga pampasan perang. Meskipun waktu itu Khalid adalah seorang pahlawan besar yang jasanya luar biasa dan menjabat sebagai panglima tertinggi pasukan Muslim, Umar tetap mencopot jabatannya.

Di jaman sekarang ini, masihkah ada pemimpin yang adil seperti Umar? Tampaknya sulit ditemukan. Buktinya, bawahan yang sudah jelas-jelas korup dan tidak becus memimpin pun tetap dilindungi. Jangankan memberantas korupsi, malah ia minta bagian dari hasil korupsi tersebut.

Bagaimana tindakan kita? Haruskah kita ‘meluruskan’ para pejabat seperti ini dengan pedang? (-red /DS)

FORSIP Siap ‘Mengguncang’ Garut

Forsipnews (03/10) – 
Kalau diibaratkan seekor kupu-kupu,  FORSIP saat ini adalah sebuah kepompong yang sudah siap menetas. Sudah saatnya perjuangan FORSIP mulai memperlihatkan ‘taring’ yang lebih tajam.

Langkah FORSIP yang selama ini selalu dilakukan melalui dialog tampaknya harus sedikit diubah. Para petinggi FORSIP harus mulai memikirkan sebuah gebrakan yang lebih nyata agar aspirasinya bisa lebih didengar. Meskipun tentu dengan tetap santun dan menghindari sikap anarkis.

Pertimbangan ini didasarkan pada lambatnya penanganan para petinggi Garut terkait usulan FORSIP mengenai  restrukturisasi jabatan di Disnakkanla. Hal ini terbukti dengan tidak adanya tindakan nyata pada pelantikan Hari  Kamis, 22/09, dimana belum    tampak adanya perbaikan yang signifikan atas usulan FORSIP terkait rotasi/mutasi jabatan pada pelantikan 4 Mei.

Selain itu, usulan FORSIP untuk segera mengganti pimpinan tertinggi di Disnakkanla juga tidak diakomodasi. Padahal FORSIP telah mengajukan setidaknya 3 alasan kenapa pimpinan Disnakkanla harus segera diganti, yaitu (1) Masalah mutasi/rotasi jabatan pada pelantikan 4 Mei yang tidak didasarkan pada analisis jabatan, (2) Permasalahan TPP Disnakkanla yang melanggar  Perbup 561 Tahun 2009, serta (3) Masalah kesejahteraan pegawai dan  fasilitas UPTD.

Dari segi aturan, ketiga hal  ini sebenarnya sudah lebih dari cukup bagi Bupati Garut untuk segera mengganti unsur pimpinan sekaligus melakukan restrukturisasi jabatan di Disnakkanla. Tapi pada kenyataanya itu tidak dilakukan.

Menyikapi hal ini, FORSIP tampaknya harus mulai mempertimbangkan untuk segera melakukan gebrakan yang lebih besar. Apalagi saat ini sudah ada lebih dari 30 elemen pergerakan yang siap mendukung perjuangan FORSIP. Ditambah lagi besarnya dukungan PNS dari berbagai SKPD yang juga siap bergabung memperjuangkan TPP.

Kalau sampai akhir tahun 2011 berbagai tuntutan FORSIP tidak juga diakomodasi, maka tampaknya sudah saatnya bagi FORSIP untuk ‘unjuk kekuatan’. Tidak perlu lagi menahan diri seperti sekarang ini. FORSIP harus mulai menggalang kekuatan yang lebih besar. Misalnya dengan meningkatkan cakupan perjuangannya dari yang tadinya hanya sebatas lingkup Disnakkanla menjadi lingkup Kabupaten Garut. Apalagi ada indikasi kesiapan PNS dari berbagai SKPD untuk bergabung membentuk FORSIP-FORSIP baru di instansi mereka. Bila ini sampai terjadi maka dipastikan ribuan PNS akan bergerak satu suara sehingga kondisi di Garut akan semakin memanas.

Tentu saja keputusan ini perlu pertimbangan matang dari semua pengurus FORSIP. Kalau memang ada respon positif dari para petinggi Garut terkait tuntutan FORSIP, tampaknya langkah besar ini tidak perlu dilakukan. Meskipun begitu, kesabaran tentu ada batasnya. (-red /DS)