Meneladani Kepemimpinan Umar ra.

Forsipnews (01/10) – Umar bin Khatab ra. adalah sosok pemimpin yang dikenal adil dan tegas. Dimasa kepemimpinan beliau, kedaulatan Islam berkembang pesat tidak hanya melingkupi jazirah arab tapi menyebar hingga jauh ke wilayah Romawi Timur dan Persia. Kekuasaannya luar biasa besarnya, jauh melebihi kekuasaan raja-raja manapun sepanjang sejarah.

Tetapi meskipun kekuasaan dan kekayaan luar biasa besar berada dibawah pengawasannya, ia tetap sosok yang sederhana. Sosoknya tetap merakyat. Di sela-sela waktunya mengurus negara, ia tetap bekerja di ladang untuk menghidupi keluarga. Tidak ada satu senpun uang di Baitul Mal yang masuk ke kantongnya. Bahkan seluruh gajinya ia sedekahkan untuk kaum fakir miskin. Ia juga tidak segan-segan memanggul sendiri berkarung-karung  gandum untuk diberikan pada mereka yang membutuhkan.

KetegasanUmar dalam memimpin dikenal sepanjang sejarah. Contohnya dalam salah satu riwayat dikisahkan ada seorang Yahudi yang datang mengadu karena rumahnya terkena ‘gusuran’ saat dilakukannya perluasan istana Gubernur Irak yang saat itu dijabat Muawiyah.

Mendengar laporan ini, dengan marah Umar mengambil sepotong tulang Unta. Ditorehnya tulang itu dengan ujung pedangnya. Setelah itu ia meminta seorang sahabat untuk mengantarkan tulang itu pada Muawiyah.

Saat menerima kiriman tersebut,  Muawiyah langsung gemetar ketakutan. Dia tahu apa artinya ini. Dengan mengirim sepotong tulang, Umar secara tidak langsung menegur Muawiyah bahwa istana dan segala kekayaan yang dimilikinya hanyalah perhiasan dunia yangtidak akan dibawa mati. Sementara guratan pedang pada tulang itu menunjukan bahwa kalau Muawiyah tetap melakukan kezoliman, maka Umar akan datang untuk meluruskan masalah dengan pedangnya. Muawiyah pun segera membangun kembali rumah si Yahudi.

Kepiawaian kepemimpinan Umar ra. juga terbukti dari tindakannya dalam menempatkan para pejabat baru. Setiap pejabat ditempatkan sesuai dengan keahliannya. Ia dengan tegas melarang para pejabat untuk korupsi. Sebelum dikirim ke tempat tugas, bawahannya diminta untuk mencatat seluruh kekayaan si pejabat. Begitu si pejabat selesai menjalankan masa tugas, kekayaannya kembali diperiksa. Bila bertambah, maka Umar akan langsung menghukumnya dengan tegas dan mengembalikan kelebihan harta tersebut ke Baitul Mal.

Tindakannya ini dilakukan terhadap seluruh pejabat di bawah kekuasaannya tanpa pilih bulu. Beberapa sahabat pun pernah merasakan ketegasan Umar. Misalnya Abu Hurairah ra. yang sempat menangis karena ketika selesai melaksanakan tugas, ternyata hartanya bertambah. Padahal harta tersebut halal hasil usaha dagangnya. Tapi Umar tetap memaksa kelebihan harta tersebut untuk disumbangkan ke Baitul Mal.

Umar juga tidak segan-segan ‘mencopot’ jabatan para bawahannya jika dianggap melakukan pelanggaran. Contohnya ia tidak ragu menyuruh seorang sahabat untuk mengikat kedua tangan Khalid bin Walid ra. dan menghadapkannya ke pengadian karena dianggap  telah berlaku tidak adil dalam pembagian harga pampasan perang. Meskipun waktu itu Khalid adalah seorang pahlawan besar yang jasanya luar biasa dan menjabat sebagai panglima tertinggi pasukan Muslim, Umar tetap mencopot jabatannya.

Di jaman sekarang ini, masihkah ada pemimpin yang adil seperti Umar? Tampaknya sulit ditemukan. Buktinya, bawahan yang sudah jelas-jelas korup dan tidak becus memimpin pun tetap dilindungi. Jangankan memberantas korupsi, malah ia minta bagian dari hasil korupsi tersebut.

Bagaimana tindakan kita? Haruskah kita ‘meluruskan’ para pejabat seperti ini dengan pedang? (-red /DS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar