Menyikapi Pengunduran Diri Wakil Bupati



Forsipnews (12/9) – Pernyataan mundurnya Rd. Diky Chandra dari jabatan Wakil Bupati Garut yang diliput berbagai media akhir-akhir ini memang benar-benar mengagetkan. Hal ini wajar karena selama ini bisa dikatakan bahwa dimata masyarakat kepemimpinan Diky Chandra sebagai Wakil Bupati Garut sepertinya nyaris tidak ada cela. Setidaknya, masyarakat masih tetap menggantungkan harapan tinggi terhadap kepemimpinan beliau.
Bagaimana tidak, selain menjadi kebanggaan masyarakat Garut, Diky Chandra bisa dikatakan merupakan sosok yang menjadi tumpuan harapan banyak orang untuk bisa memperbaiki sistem pemerintahan di Kabupaten Garut.
Meskipun pada kenyataannya, kepemimpinan Bupati H. Aceng Fikri, sering mendapat sorotan tajam dari berbagai kalangan karena dianggap stagnan, tetapi Wakil Bupati sedikit banyaknya terbukti memberikan andil yang cukup besar bagi pembangunan Garut terutama di sektor Pariwisata. 

Sejak kepemimpinan beliau, pendapatan Kabupaten Garut di sektor pariwisata meningkat tajam hingga dua kali lipat. Selain kegigihan Diky Chandra memperkenalkan Garut di berbagai even, beliau juga tidak segan menggunakan koneksinya di kalangan selebritis untuk mempromosikan keindahan Garut.
Yang sungguh mengharukan, di salah satu sesi liputan wawancara televisi, pada saat menyatakan pengunduran diri dari jabatannya, Diky Chandra masih sempat mempromosikan keindahan panorama Garut. Disini saja sudah bisa dinilai betapa besar kecintaan Diky Chandra pada kabupaten yang dipimpinnya tersebut.
Pengunduran diri Diky Chandra, selain mengagetkan, juga menimbulkan beragam penafsiran terhadap kondisi perpolitikan di Kabupaten Garut. Pengunduran diri Wakil Bupati mau tidak mau akan memunculkan pertanyaan ‘Ada apa di Garut?’ Sedemikian busuknyakah perpolitikan di Garut sehingga seorang Wakil Bupati, yang jelas-jelas mengantongi legitimasi amanah rakyat, terpaksa harus mengundurkan diri?
Terpilihnya Diky Chandra sebagai Wakil Bupati Garut murni merupakan hasil sebuah proses demokrasi yang bersih. Pasangan H. Aceng Fikri dan Rd. Diky Chandra berasal dari independen. Kemenangan mereka merupakan simbol kekuatan demokrasi. Sebuah pembelajaran bahwa ruang demokrasi memberi kesempatan bagi siapapun untuk menjadi pemimpin meskipun tanpa dukungan partai politik.
Kita semua tentu sangat menyayangkan bahwa Diky Chandra yang diberi amanah  oleh rakyat untuk memimpin Garut, ternyata mundur di tengah jalan. Harusnya, sebagai pemimpin yang dipilih langsung oleh rakyat, seberapa kuatnyapun tekanan politik yang dirasakan,  ia tidak perlu mundur. Sebab tidak ada satupun kekuatan politik yang bisa membuat ia meletakan jabatannya, terkecuali bila terbukti melakukan pelanggaran hukum atau dicabut jabatannya lewat mekanisme pemilu.
Mundurnya Diky Chandra, berarti kita juga akan kehilangan sosok Ibu Wakil Bupati, Rani Permata, yang selama ini dikenal memiliki jiwa sosial yang tinggi. Jarang kita temukan sosok istri pejabat yang demikian konsern pada masyarakat. Selama ini Rani terkenla gigih berjuang menggalang berbagai bantuan sosial. Ia bahkan rela ‘ngamen’  dari pasar ke pasar untuk memberikan contoh kepedulian sosial pada masyarakat.
Terlepas dari hal tersebut,  pengunduran diri Diky Chandra tentu memberikan kesan tersendiri. Seingat saya, inilah pertama kalinya ada pejabat di Indonesia yang tanpa ada indikasi kesalahan, tetapi berani mengundurkan diri dari jabatannya secara legowo. Sebab biasanya pejabat Indonesia baru mau mundur  jika ia terlibat masalah hukum, KKN atau terjerat pornografi.
Meskipun begitu, kita tidak harus berkecil hati dahulu sebab pengunduran Diky Chandra tidak serta merta membuatnya lengser dari jabatan Wakil Bupati. Ada prosedur yang mesti ditempuh terlebih dahulu sebab  pengunduran pimpinan daerah baru sah bila disetujui  DPRD. Selain itu, pengunduran diri tersebut juga perlu mendapatkan persetujuan oleh Gubernur dan Menteri Dalam Negeri.
Kita semua tentu berharap anggota dewan yang terhormat termasuk Gubernur dan Menteri Dalam Negeri bisa memberikan pertimbangan yang benar-benar bijaksana mengenai hal tersebut, semata-mata untuk kebaikan seluruh masyarakat.
Selain itu kita tentu layak memberi  kesempatan pada Diky Chandra untuk memilih. Sebab sebagai manusia, tentu beliau berhak untuk menerima atau menolak suatu amanah jabatan. Setidaknya kita tetap menghargai langkah pengunduran Diky Chandra karena setidaknya beliau telah menundukan kualitas dirinya sebagai pejabat yang berani mengambil sikap politis yang tegas. (-red /DS)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar