Sambut Bulan Suci dengan Keiklasan Hati

Forsipnews (7/8) - Marhaban ya Ramadhan. Itulah kata indah yang sudah semestinya kita ucapkan kala menyambut bulan ramadhan. Bulan suci yang penuh berkah, rahmah dan ampunan.

Di bulan yang suci ini, sudah selayaknya kita menundukan muka dan mengikhlaskan hati dalam rangka menyambut bulan yang luar biasa istimewa dimata Allah S.W.T. Hati yang ikhlas adalah cerminan ibadah. Ikhlas  artinya menerima sesuatu dengan penuh kesadaran dan rasa syukur serta  menjalankannya dengan penuh kesungguhan.

Ketika kita menjalankan puasa, diperlukan keikhlaskan Kesadaran bahwa puasa adalah jalan menuju kesempurnaan ibadah. Dengan kesadaran, kita akan menemukan hikmah dalam setiap ibadah yang kita lakukan. Ketika hikmah telah didapat, maka seberat apapun ujian dan tantangan, akan terasa ringan dan tanpa beban.

Kesadaran adalah nilai tertinggi dalam sebuah perjalanan tasawuf. Ketika kita menjalankan ibadah dengan kesadaran pada Sang Khaliq,  kesadaran akan rahmat dan kebesaran-Nya, maka setiap ibadah akan memiliki nilai yang berlipat ganda.

Selain kesadaran, ikhlas juga berarti memenuhi hati dengan rasa syukur.  Syukur bahwa hari ini kita masih diberi kesempatan menjalani ibadah puasa. Syukur bahwa hingga detik ini kita masih mendapatkan rezeki berlimpah berupa minuman dan makanan. Syukur bahwa hari ini kita masih bisa menikmati segala limpahan karunia Illahi yang taik terhingga banyaknya.

Puasa mendorong hati untuk lebih dekat dengan keindahan rasa syukur. Ketika kita meminum seteguk air saat berbuka, tak terasa kita berucap Alhamdulillah. Padahal kalau bukan bulan Ramadhan,mungkin kita jarang melakukannya.

Di bulan suci, segelas air terasa lebih berharga dibanding apapun. Mengajak kita membuka hati bahwa ternyata ada demikian banyak hal ‘remeh’ di sekeliling kita yang sering kita lupa. Hal-hal ‘kecil’ yang ternyata patut disyukuri dengan sepenuh hati.

Ikhlas hati di bulan Ramadhan tidak berarti tunduk pasrah tanpa usaha. Ikhlas berarti menjalani ibadah dengan penuh kesungguhan. Kesungguhan dalam arti menjalani segala sesuatunya dengan paripurna. Tidak setengah-setengah dan tidak ‘tanggung’.  Setiap ibadah harus tuntas dengan kesempurnaan tertinggi.

Siang hari kita berpuasa, maka berpuasalah dengan tingkat pencapaian yang maksimal. Tidak hanya puasa perut, tapi juga puasa seluruh panca indera. Seluruh anggota tubuh dijaga dari melakukan hal-hal maksiat.

Malam hari kita sholat tharawih, lakukan penuh kesungguhan. Laksanakan semua yang wajib dan genapkan seluruh sunah. Itulah keihklasan hati yang sebenarnya. Keikhlasan hati yang paripurna. (red-DS)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar